Jagotutorial – Setelah lama tidak bertemu, akhirnya malam ini kami bisa bersilaturrahmi untuk melepas rindu. Banyak perubahan yang terjadi pada sahabatku, tidak hanya fisiknya yang semakin subur tetapi juga muatan intelektual yang dimiliki terlihat semakin matang. Cara bicara dia runtut dan lancar, kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya mengandung hikmah dan pelajaran.
Sukses ala Islam: Input dan Online
Selepas lulus dari pesantren, kami berpisah. Saya memutuskan melanjutkan ke IAIN Jakarta karena hanya disitulah ijazahku dari pondok diterima. Sementara sahabatku melanjutkan kuliahnya di Semarang. Lulus dari semarang dia melanjutkan S2 dan S3nya di Australia.
Saya mendengarkan dengan seksama kisah perjalanan hidupnya sejak kuliah di Semarang sampai terdampar di Australia. Salah satu yang menarik dari paparannya adalah hal mengenai kesuksesan “versi dia”. Menurutnya kata kunci kesuksesannya adalah input dan online. Prinsip ini disarikan dari Al Quran “ faidza faroghta fanshob, wa ilaa robbika farghob”, “Faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah” dan “Wabtaghuu min fadhlillahi wadzkurullaha katsiroo”.
Sebenarnya apa yang dikatakannya bukan hal baru, karena pada umumnya orang Islam mengamalkan prinsip-prinsip tersebut dalam menjalani kehidupannya, termasuk saya, hanya saja dengan istilah yang berbeda.
Secara sederhana prinsip ini mengajarkan : Input saja tulisan atau kata-kata yang ingin kamu tulis. Tulis saja apa yang kamu bisa tulis semampumu. Tidak usah berpikir macam-macam kecuali menulis. Tidak usah dipikirkan bagaimana hasilnya; yang penting setiap hari ada paragraf baru. Menurutnya, kewajiban manusia adalah ikhtiar. Jadi kerjakan apa yang bisa dikerjakan. Namun jangan lupa sambil menulis paragraf untuk selalu online. Online-kan network dengan Allah. Berdoalah selalu kepada Dzat pemilik alam ini. Ingatlah bahwa yang memberi ilmu, inspirasi, ilham adalah Allah “ ‘allamal insaana ma lam ya’lam”, Dia yang mengajari apa-apa yang tidak diketahuinya.
Bahwa semua yang terjadi di alam ini atas kehendak-Nya, maka mulai semua pekerjaan dengan menyebut bismillahirrahmanir rahim. Tanpa ada keterlibatan kehendak-Nya dan didasari keyakinan terhadap Allah, maka semua pekerjaan yang dilakukan seorang Muslim tidak bernilai ibadah dan hanya sebuah kesia-siaan. Setiap manusia yang mau bersungguh-sunguh dan berikhtiar keras untuk melaksanakan sesuatu dan tetap menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhannya insya Allah berhasil dan sukses.
Input ini sangat berkaitan erat dengan kejujuran. Dan Rasulullah sendiri sudah mengajarkan kepada umatnya tentang kejujuran. Kebalikan dari kejujuran adalah kebohongan. Dan kebohongan yang dilakukan oleh seseorang akan melahirkan kebohongan-kebohongan yang lain. Manusia yang hidupnya ingin sukses dan selamat harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Input yang dijalani sesuai ketentuan-Nya dengan tetap menjaga hubungan baik dengan Allah akan mengantarkan seseorang meraih kesuksesannya.
Kejujuran adalah salah satu sifat mulia yang wajib dimiliki dan dijaga oleh setiap orang . Umat Islam wajib menjaga kejujuran, keadilan dan kebenaran serta menjauhi kebohongan dan kedzaliman. Banyak hadis tentang kejujuran di mana Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa sikap dan sifat jujur adalah hal yang penting dan harus ada pada diri kaum Muslimin. Yaitu jujur dalam perkataan dan perbuatan misalnya saat berbicara dan berdagang/jual beli. Dalam riwayat yang lain :“Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Orang Islam tidak boleh hanya mencukupkan dirinya dengan doa dan dzikir ribuan kali, akan tetapi harus juga mengimbanginya dengan ikhtiar maksimal. Begitupun sebaliknya, orang Islam tidak boleh hanya mencukupkan dirinya dengan kerja keras, tetapi harus juga tetap menjaga koneksi yang lancar dan harmonis dengan Yang Maha Pencipta.
Dalam salah satu ayatnya, Allah berfirman,”Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai dia mengubah nasibnya sendiri”. Kalau orang Islam mengetahui dan memahami ayat ini, harusnya menjadi pribadi yang gigih dalam menjalani fungsinya sebagai khalifatullah. Namun sangat disayangkan ternyata banyak di antara kita yang suka berteriak “Allahu Akbar”, “tegakkan Syariah Islam”, dan kalimat-kalimat thoyyibah lainnya tetapi mereka sendiri belum menjadikan Al Quran dan hadis sebagai sahabat hidupnya.
Masih banyak orang Islam yang hanya sibuk dengan casing, tetapi melupakan esensi dari beragama tersebut. Saya tidak mengatakan bahwa casing itu tidak penting, tapi esensi itu jauh lebih penting. Disamping itu, selama ini banyak di antara umat Islam yang memahami Islam secara parsial sesuai dengan kebutuhannya.
Selama kita tidak mengubah mindset kita tentang Islam, tidak akan pernah terwujud Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Jadi umat Islam harus kembali kepada pedoman wajibnya yaitu Al Quran dan hadis. Al Quran harus ‘dibumikan’ dan Sunnah harus ‘dihidupkan’; Keduanya harus hadir dalam kehidupan nyata.
Kita optimis bahwa Islam akan mencapai kemajuan dan kejayaannyanya kembali. Apalagi sekarang kita sudah masuk zaman informasi dengan persaingan begitu ketat, maka input dan online harus menjadi keyword umat Islam dalam menjalani kehidupannya. Keduanya satu paket, tidak boleh hanya dijalankan salah satunya. Kalau kita hanya menjalankan input dan meninggalkan online, dan sebaliknya, maka akan timpang.
Almarhum Kyai Hamam Dja’far, pimpinan pondok pesantren Pabelan memberi pesan pada sebuah acara perpisahan: “Sebesar usahamu, maka sebesar itu pula bakal yang kau peroleh”.